salam

Selasa, 24 Desember 2013

SPESIFICITY VS DIFFUSENESS (Studi Masyarakat Indonesia)


Talcot Parson mengembangkan pattern variables yang terkenal sebagai sarana untuk mengkategorikan tindakan atau untuk mengklasifikasikan tipe-tipe peranan dalam sistem sosial. Pattern variables tersebut terdiri atas lima buah skema yang dapat dilihat sebagai kerangka teoritis utama dalam analisis sistem sosial. Salah satu skema kerangka tersebut adalah Specifity versus Diffuseness.
Pilihan anatara diffuseness dan specifity bahwa hak yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain karena beda status usia atau senioritas. Orientasi Specifity dan Diffuseness, keduanya fokus pada bagaimana kita merespon pada orang atau objek lain. Jika seseorang direspon secara holistik, maka orientasi diffuseness (membaur) ditampilkan. Jika aspek khusus dari seseorang atau sebuah objek direspon, maka orientasi bersifat spesifik digunakan.
      -Hubungan Spesifik
Dalam hubungan yang spesifik, dua individu berhubungan dalam situasi yang terbatas sifatnya.
·         Contoh hubungan spesifik
Dibawah ini dijelaskan hubungan spesifik dalam bidang kesehatan, antara lain :
Contoh1 : Hubungan antara perawat-petugas laboratorium.
Perawat mendapat instruksi dari dokter untuk memeriksa darah klien agar dapat mengetahui kadar haemoglobinnya. Sebagai pekerja yang profesional, perawat tersebut melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium. Hubungan antara perawat dengan petugas laboratorium itu dapat dikatakan spesifik karena profesi perawat dan petugas laboratorium saling berhubungan dalam hal kesehatan .


Contoh 2 : Hubungan antara perawat-petugas gizi.
Perawat merawat pasien yang mengalami defisit kekurangan nutrisi akibat diare yang berlebihan. Hal ini membuat pasien tersebut mengalami penurunan berat badan yang berlebihan. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi antara perawat dengan petugas gizi untuk dapat mengatur nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien. Hubungan antara perawat dengan petugas gizi ini dikatakan spesifik.
2.     - Hubungan Membaur (diffuse)
Hubungan yang membaur/diffuse, di mana semua orang terlibat dalam proses interaksi.
·         Contoh hubungan membaur (diffuse)
Dibawah ini dijelaskan hubungan membaur dalam bidang kesehatan, antara lain :
Contoh 1: Hubungan antara perawat-perawat sesama teman sejawat.
Perawat saling berinteraksi satu sama lain dalam mencapai proses kesembuhan klien. Misalnya: Perawat yang bertugas shift pagi memberikan laporan status kesehatan pasien kepada perawat yang bertugas shift sore dan demikian selanjutnya pada jam pergantian shift. Interaksi ini terus berkesinambungan demi lancarnya hubungan antar sesama perawat.
Contoh 2 : Hubungan antara perawat-Manager Keperawatan.
Salah satu tugas dari manager keperawatan yaitu mengatur tetap terjaganya kesinambungan anggota praktisi keperawatan di suatu unit pelayanan kesehatan di sebuah Rumah Sakit seperti dalam hal kesejahteraan perawat serta peraturanperaturan yang ditujukan bagi perawat dan banyak lagi. Oleh karena itu, hubungan antara perawat dengan manager keperawatan sangat penting dan harus tetap terjalin tidak hanya dari perawat kepada manajer keperawatannya saja tapi juga antara manajer keperawatannya kepada bawahannya berdasarkan kebutuhan. Semua komponen praktisi keperawatan membaur menjadi satu demi terlaksananya asuhan keperawatan yang komprehensif.
·         Contoh lain hubungan specitify dalam bidang pendidikan
Ø  Hubungan antara guru dan murid
Seorang guru berperan sebagai seorang pendidik bagi siswanya hanya dalam situasi tertentu saja. Misalnya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas saja. Akan tetapi ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah tidak akan berperan menjadi seorang guru lagi. Misal mempunyai peran lain ketika ada di masyarakat seperti menjadi ketua RT atau bahkan Kepala Desa.
Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya. Dalam konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional, yang diikat  oleh kode etik.
Menghargai, menyambut dengan hangat anjuran dan nasihat, bersemangat dan menghormati gagasan dan pendapat guru merupakan salah satu dasar keberhasilan pendidikan di sekolah. Kita lebih mudah menerima, menyerap, mencerna, dan memahami apa yang diajarkan kepada kita apabila ada rasa hormat yang amat dalam pada diri kita terhadap sang pengajar, yakni guru. Tumbuhnya iklim penghormatan (respect climate) di sekolah menjadikan pembelajaran di kelas mahupun luar kelas sebagai proses yang menyenangkan. Ada keinginan yang kuat pada diri murid untuk secara terus menerus menemukan pengalaman belajar. Mereka juga belajar membangun kompetensi personal berupa kemampuan menghargai diri, menilai diri, mengendalikan diri, serta menghargai orang lain. Jika suasana ini berkembang secara berkesinambungan, maka setiap murid dapat menjadi penguat bagi murid lain. Di sinilah semangat untuk belajar dan pembelajaran mandiri akan terbangun.
·         Contoh lain hubungan diffuseness (membaur) dalam hubungan keluarga
Ø  Hubungan antara orang tua dan anak.
Ibu dan Ayah berperan sebagai orang tua dari anak-anaknya pada segala situasi. Misalkan ketika anak sedang sakit, dengan penuh perhatian Ibu akan merawatnya hingga sembuh. Kemudian jika anak dalam situasi sedang meminta untuk diantar ke sekolah, Ayah yang akan mengantarkan anaknya tersebut ke sekolah. Dengan kata lain meskipun seorang ibu sedang menjalankan pekerjaannya atau berada diluar rumah, tetap menyandang status sebagai seorang ibu yang harus bisa menjalankan peran yang dimilikinya sebaik mungkin terhadap anak-anaknya. Begitupun dengan Ayah yang tetap menyandang status sebagai Ayah untuk anaknya dalam situasi apapaun. Jelas terlihat bahwa antara orangtua dan anak memiliki tingkat perbedaan usia yang sebagaimana telah dijelaskan hubungan antara spesifik dan membaur menurut Parson. Posisi senioritas Ibu dan Ayah memang penting dalam mengatur hubungan antara orangtua terhadapa anak di dalam keluarga.
Pada hubungan keluarga, pada umumnya terdapat pola dasar hubungan orang tua-anak yang bipolar (dua pola) beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :
1. tolerance-intolerance
Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.
2. permissiveness – strictness
Relasi orang tua-anak yang permisif dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif.
3. involvement – detachment
Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.
4. warmth – coldness
Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, hubungan orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang toleran, permisif, turut terlibat dan penuh kehangatan merupakan manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap anak. Sedangkan sikap dan perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras, membiarkan dan dingin merupakan bentuk penolakan terhadap anak.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan harga diri anak, orang tua seyogyanya dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bertanggung jawab dan menentukan dirinya sendiri. Di sini, orang tua hanya berperan sebagai fasilitator, yang berupaya untuk memberikan kesempatan yang luas kepada anak dalam meraih harga dirinya melalui pengembangan minat dan kecakapannya.
Dengan beberapa contoh yang telah dijelaskan diatas, bahwa dalam hubungan specifity dan diffuseness selalu terdapat hubungan antara umur atau tingkat senioritas. Maka dalam hal tersebutlah yang dapat mengatur pada situasi tertentu atau apapun yang pelaku butuhkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan tersebut selalu mengaitkan antara individu sesama individu. Ataupun individu dengan sebuah kelompok. Hal tersebut selalu berjalan menurut aturan yang disepakati antara pihak yang menjalankannya.











DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar