salam

Selasa, 24 Desember 2013

TEORI NEO EVOLUSI KEBUDAYAAN


Kerangka-kerangka baru mengenai evolusi kebudayaaan disebut kerangka neo evolusionis. Kerangka-kerangka tersebut antara lain :
1.      Kerangka Gordon Chile (Peristiwa Besar dalam Evolusi Kebudayaan)
Awal eksistensi manusia di muka bumi, evolusi kebudayaan didasarkan pada mata pencaharian berburu dan meramu berjalan sangat lambatdalam berates-ratus ribu tahun. Kemudian peristiwa besar terjadi sehingga menyebar dan mempengaruhi kebudayaan di permukaan bumi disebut cultural revolution. Revolution dimaksudkan sebagai peristiwa besar yang telah memberi arah perkembangan dan perubahan total mendasar kepada proses perkembangan kebudayaan manusia. Cultural Revolution di alami oleh tujuh manusia dimuka bumi, adalah Neolithic Revolution yang pada saat itu manusianya secara terpisah telah pandai bercocok tanam sehingga berubah dalam kehidupa masyarakat yang didasarkan pada sistem mata pencaharian food gathering ke food producting, hidupnya mulai menetap, waktu senggang digunakan untuk mengembangkan kerajinan, pertukangan dan kesenian. Perubahan kebudayaan yang sangat besar dengan adanya system pembagian kerja yang lebih terperinci. Kemudian terdapat konsepsi tentang “pekerjaan terpandang” dan “pekerjaan tidak terpandang”, maka timbullah golongan-golongan sosial (pelapisan sosial). Golongan-golongan sosial ada yang melepaskan diri dari pekerjaan petani dan menjadi undagi (tukang), pengrajin, seniman, pedagang, tentara, pendeta . mereka mulai hidup mengelompok di tempat tertentu yang disebut “kota”. Sehingga kebudayaan mereka mulai berubah dan disebut urban revolution. Kemudian disusul revolution in human knowledge yang ditandai telah adanya tulisan, pesatnya pengetahuan manusia yang digunakan untuk perbaikan dan kesejahteraan hidupnya. Namun Childe juga berpendapat bahwa revolusi kaum buruh menyebabkan munculnya masyarakat tanpa kelas karena telah adanya pengaruh difusi dari kebudayaan dan ada yang tidak mendapat pengaruh itu. Dapat disimpulkan menurut Childe, bahwa semua kebudayaan berkembang dari bentuk-bentuk yang sederhana menjadi bentuk-bentuk yang kompleks.

2.      Kerangka Leslie  White (Konsumsi Energi dalam Evolusi Kebudayaan)
Perkembangan kebudayaan manusia awalnya berlangsung lambat kemudian maju dengan pesat karena manusia dapat menguasai berbagai macam sumber energi yang semakin banyak dan intensif. Kemudian penemuan-penemuan sumber energy yang mencolok itu disebut cultural mutation. Yang pada awalnya manusia hidup dalam kesederhanaan dimana ia hanya mampu mempergunakan tenaga yang keluar dari organismenya sendiri (energy of human organism) dan dalam perkembangannya manusia telah mengenal api , tenaga angin dan air.  Ketika manusia menemukan cara-cara untuk menggunakan hewan maka semakin maju dalam tekhnologinya dan mulai mengenal bercocok tanam. Proses evolusi kebudayaan tampak sewaktu menggunakan tenaga hewan. Akhirnya mutasi-mutasi kebudayaan yang terbaru, seperti penemuan cara-cara untuk menguasai energy angin, air, uap, listrik, dan atom, telah dan akan menyebabkan kemajuan sangat pesat dalam proses evolusi kebudayaan. Sehingga kemajuan kebudayaan di ukur secara relatif, mutlak dan eksak dengan merumuskan beberapa energi lain disamping energi manusia secara berasas-guna per kapita per tahun oleh sutau masyarakat atau kebudayaan. Menurut Steward, metode Leslie White untuk mengukur penggunaan energy untuk keperluan hidup manusia tetapi hanya dapat menerangkan mengapa suatu kebudayaan maju dan belum dapat memberi jawaban. Gordon Childe tidak banyak memberi keterangan mengenai perubahan kebudayaan-kebudayaan lain yang berada di luar tempat-tempat terjadinya peristiwa revolusi kebudayaan.

3.      Metodologi Analisis Steward ( Evolusi Multilineal)
Steward pada dasarnya berpendirian bahwa tiap proses perkembangan kebudayaan manusia di dunia bersifat khas. Namun terdapat kesejajaran yang tampak dalam kebudayaan universal (primer) mulai dari sistemmata pencahrian hidup, organisasi sosial, dan sistem religi. Dan yang tidak primer seperti teknologi, system pengetahuan, dan kesenian tidak menampakkan evolusi yang sejajar. Metode ekologi budaya Julian Steward dibagi dua yaitu ada perkembangan-perkembangan, ada yang pasif yaitu lingkungan yang merupakan faktor internal. Jadi yang disebut inti kebudayaan yaitu suatu unsur kebudayaan, aspek subsistem yang perkembangan evolusinya sangat dipengaruhi oleh kekuatan alam, baik berupa letak geografis, musim, iklim, SDA, termasuk di dalamnya pola-pola pemukiman. Perkembangan pola pemukiman yang menetap dan berpindah-pindah mengikuti aktifitas ekonomi masyarakat. Dapat disimpulkan secara singkat, bahwa Steward menjelaskan tingkat-tingkat evolusi dalam enam kebudayaan di dunia, yang didasarkan atas bahan prehistori yang konkret, atau multilinear evolution yaitu proses-proses perkembangan yang berjalan lambat dari kebudayaan-kebudayaan yang berlainan dan yang hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda, tetapi yang secara garis besar menunjukkan persamaan dalam proses-proses evolusi kebudayaan manusia dalam unsur-unsur primernya, tetapi menunjukkan perbedaan besar dalam unsur-unsur sekundernya.


SUMBER :
Sejarah Teori Antropologi
http://www.anekanews.com/2010/10/teori-evolusi-multilinear.html

SPESIFICITY VS DIFFUSENESS (Studi Masyarakat Indonesia)


Talcot Parson mengembangkan pattern variables yang terkenal sebagai sarana untuk mengkategorikan tindakan atau untuk mengklasifikasikan tipe-tipe peranan dalam sistem sosial. Pattern variables tersebut terdiri atas lima buah skema yang dapat dilihat sebagai kerangka teoritis utama dalam analisis sistem sosial. Salah satu skema kerangka tersebut adalah Specifity versus Diffuseness.
Pilihan anatara diffuseness dan specifity bahwa hak yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain karena beda status usia atau senioritas. Orientasi Specifity dan Diffuseness, keduanya fokus pada bagaimana kita merespon pada orang atau objek lain. Jika seseorang direspon secara holistik, maka orientasi diffuseness (membaur) ditampilkan. Jika aspek khusus dari seseorang atau sebuah objek direspon, maka orientasi bersifat spesifik digunakan.
      -Hubungan Spesifik
Dalam hubungan yang spesifik, dua individu berhubungan dalam situasi yang terbatas sifatnya.
·         Contoh hubungan spesifik
Dibawah ini dijelaskan hubungan spesifik dalam bidang kesehatan, antara lain :
Contoh1 : Hubungan antara perawat-petugas laboratorium.
Perawat mendapat instruksi dari dokter untuk memeriksa darah klien agar dapat mengetahui kadar haemoglobinnya. Sebagai pekerja yang profesional, perawat tersebut melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium. Hubungan antara perawat dengan petugas laboratorium itu dapat dikatakan spesifik karena profesi perawat dan petugas laboratorium saling berhubungan dalam hal kesehatan .


Contoh 2 : Hubungan antara perawat-petugas gizi.
Perawat merawat pasien yang mengalami defisit kekurangan nutrisi akibat diare yang berlebihan. Hal ini membuat pasien tersebut mengalami penurunan berat badan yang berlebihan. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi antara perawat dengan petugas gizi untuk dapat mengatur nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien. Hubungan antara perawat dengan petugas gizi ini dikatakan spesifik.
2.     - Hubungan Membaur (diffuse)
Hubungan yang membaur/diffuse, di mana semua orang terlibat dalam proses interaksi.
·         Contoh hubungan membaur (diffuse)
Dibawah ini dijelaskan hubungan membaur dalam bidang kesehatan, antara lain :
Contoh 1: Hubungan antara perawat-perawat sesama teman sejawat.
Perawat saling berinteraksi satu sama lain dalam mencapai proses kesembuhan klien. Misalnya: Perawat yang bertugas shift pagi memberikan laporan status kesehatan pasien kepada perawat yang bertugas shift sore dan demikian selanjutnya pada jam pergantian shift. Interaksi ini terus berkesinambungan demi lancarnya hubungan antar sesama perawat.
Contoh 2 : Hubungan antara perawat-Manager Keperawatan.
Salah satu tugas dari manager keperawatan yaitu mengatur tetap terjaganya kesinambungan anggota praktisi keperawatan di suatu unit pelayanan kesehatan di sebuah Rumah Sakit seperti dalam hal kesejahteraan perawat serta peraturanperaturan yang ditujukan bagi perawat dan banyak lagi. Oleh karena itu, hubungan antara perawat dengan manager keperawatan sangat penting dan harus tetap terjalin tidak hanya dari perawat kepada manajer keperawatannya saja tapi juga antara manajer keperawatannya kepada bawahannya berdasarkan kebutuhan. Semua komponen praktisi keperawatan membaur menjadi satu demi terlaksananya asuhan keperawatan yang komprehensif.
·         Contoh lain hubungan specitify dalam bidang pendidikan
Ø  Hubungan antara guru dan murid
Seorang guru berperan sebagai seorang pendidik bagi siswanya hanya dalam situasi tertentu saja. Misalnya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas saja. Akan tetapi ketika sudah berada di luar lingkungan sekolah tidak akan berperan menjadi seorang guru lagi. Misal mempunyai peran lain ketika ada di masyarakat seperti menjadi ketua RT atau bahkan Kepala Desa.
Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya. Dalam konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional, yang diikat  oleh kode etik.
Menghargai, menyambut dengan hangat anjuran dan nasihat, bersemangat dan menghormati gagasan dan pendapat guru merupakan salah satu dasar keberhasilan pendidikan di sekolah. Kita lebih mudah menerima, menyerap, mencerna, dan memahami apa yang diajarkan kepada kita apabila ada rasa hormat yang amat dalam pada diri kita terhadap sang pengajar, yakni guru. Tumbuhnya iklim penghormatan (respect climate) di sekolah menjadikan pembelajaran di kelas mahupun luar kelas sebagai proses yang menyenangkan. Ada keinginan yang kuat pada diri murid untuk secara terus menerus menemukan pengalaman belajar. Mereka juga belajar membangun kompetensi personal berupa kemampuan menghargai diri, menilai diri, mengendalikan diri, serta menghargai orang lain. Jika suasana ini berkembang secara berkesinambungan, maka setiap murid dapat menjadi penguat bagi murid lain. Di sinilah semangat untuk belajar dan pembelajaran mandiri akan terbangun.
·         Contoh lain hubungan diffuseness (membaur) dalam hubungan keluarga
Ø  Hubungan antara orang tua dan anak.
Ibu dan Ayah berperan sebagai orang tua dari anak-anaknya pada segala situasi. Misalkan ketika anak sedang sakit, dengan penuh perhatian Ibu akan merawatnya hingga sembuh. Kemudian jika anak dalam situasi sedang meminta untuk diantar ke sekolah, Ayah yang akan mengantarkan anaknya tersebut ke sekolah. Dengan kata lain meskipun seorang ibu sedang menjalankan pekerjaannya atau berada diluar rumah, tetap menyandang status sebagai seorang ibu yang harus bisa menjalankan peran yang dimilikinya sebaik mungkin terhadap anak-anaknya. Begitupun dengan Ayah yang tetap menyandang status sebagai Ayah untuk anaknya dalam situasi apapaun. Jelas terlihat bahwa antara orangtua dan anak memiliki tingkat perbedaan usia yang sebagaimana telah dijelaskan hubungan antara spesifik dan membaur menurut Parson. Posisi senioritas Ibu dan Ayah memang penting dalam mengatur hubungan antara orangtua terhadapa anak di dalam keluarga.
Pada hubungan keluarga, pada umumnya terdapat pola dasar hubungan orang tua-anak yang bipolar (dua pola) beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :
1. tolerance-intolerance
Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.
2. permissiveness – strictness
Relasi orang tua-anak yang permisif dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif.
3. involvement – detachment
Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.
4. warmth – coldness
Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, hubungan orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang toleran, permisif, turut terlibat dan penuh kehangatan merupakan manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap anak. Sedangkan sikap dan perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras, membiarkan dan dingin merupakan bentuk penolakan terhadap anak.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan harga diri anak, orang tua seyogyanya dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bertanggung jawab dan menentukan dirinya sendiri. Di sini, orang tua hanya berperan sebagai fasilitator, yang berupaya untuk memberikan kesempatan yang luas kepada anak dalam meraih harga dirinya melalui pengembangan minat dan kecakapannya.
Dengan beberapa contoh yang telah dijelaskan diatas, bahwa dalam hubungan specifity dan diffuseness selalu terdapat hubungan antara umur atau tingkat senioritas. Maka dalam hal tersebutlah yang dapat mengatur pada situasi tertentu atau apapun yang pelaku butuhkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa hubungan tersebut selalu mengaitkan antara individu sesama individu. Ataupun individu dengan sebuah kelompok. Hal tersebut selalu berjalan menurut aturan yang disepakati antara pihak yang menjalankannya.











DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.



MOTIVASI KULTURAL DALAM URBANISASI


    Motivasi kultural dapat diartikan sebagai dorongan untuk menghindari diri dari norma-norma dan nilai-nilai budaya yang tidak dipandang lagi sesuai dengan perkembangan kemajuan.
Seiring dengan berjalannya waktu peraturan yang ada di desa yang tidak bisa dirubah dan masih tetap dipertahankan namun sudah tidak cocok diterapkan di masa sekarang. Itu yang membuat para pemuda atau orang-orang yang masih produktif yang berada di desa memilih untuk menghindar dan menuju ke kota.           
    Seperti contoh : emansipasi wanita, jika di desa seorang gadis di larang keluar malam atau pulang malam padahal mereka  bekerja. Sedangkan jika di kota tidak ada norma atau peraturan yang seperi itu, sehingga para gadis bisa bebas pulang malam tanpa menimbulkan sebuah konflik, dengan syarat aktivitas yang dilakukan di malam hari tersebut tidak negatif. Jika mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak terikat oleh adat yang ada di daerah asalnya.
Berpindahnya masyarakat desa menuju ke kota atau yang biasa kita sebut dengan urbanisasi,memiliki berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang mendorong terjadinya urbanisasi yaitu  motivasi kultural. Motivasi Kultural urbanisasi meliputi:
a)      Dikota lebih mempunyai potensi untuk menyalurkan bakat.
Di kota cenderung bisa mengembangkan bakatnya yang apabila di desa tidak bisa dilakukan karena terikatnya suatu kebudayaan yang masih berjalan di daerahnya tersebut, maka dari itu mulai terdorong urbanisasi ke kota dalam pemenuhan kebutuhannya karena merasa tidak cocok dengan kebudayaan asal.
b)      Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan  tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
karena kota–kota besar merupakan kota yang berpeluang besar menjadi kota tujuan arus urbanisasi. Bermacamnya suku dan etnis yang berurbanisasi kekota menyebabkan bermacam pula kebudayaan yang muncul dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga bisa mempunyai kemungkinan untuk meninggalkan tradisi ataupun kebudayaan yang telah ada di daerah asalnya dan lebih mengikuti kebudayaan baru yang dianggap bisa sesuai dengan apa yang di inginkan ,yang di desa mereka tidak bisa melakukannya. Selain itu dengan gaya hidup di kota yang cenderung modern, penduduk desa merasa dirinya masih tradisional bahkan ketinggalan jaman.
c)      Informasi tentang kehidupan di kota yang tersampaikan ke penduduk desa sangat bias.
 Setelah ditambah segala pencitraan di media televisi yang seolah mengagungkan kehidupan urban, tidak heran apabila penduduk desa berlomba-lomba pindah ke kota karena menganggap bahwa peluang sukses di kota cukup besar. Informasi ini menjadi sumber bias yang dapat membuat terlalu banyak orang ingin pindah ke kota.

SEMOGA BERMANFAAT.. KALAU MAU COPAST JANGAN LUPA DAFTAR PUSATAKANYA SERTAKAN ALAMAT BLOG SAYA.. :)