KENYATAAN
SOSIAL MUNCUL DARI INTERAKSI SIMBOLIS
Ide
bahwa kenyataan sosial muncul melalui proses interaksi sangat penting dalam
teori interaksi simbol. Teori interaksi simbol tidak melihat tingkat subyektif
dalam cara yang sama seperti Weber, juga tidak didasarkan padaperspektif Weber
secara eksplisit. Sebenarnya Mead memandang teori ini hanya tingkat mikro saja,
bahwa institusi-institusi sosial mengalami perubahan apabila ada perubahan
dalam definisi-definisi subyektif atau pola-pola interaksi yang menjadi
dasarnya. Perhatian utama teori interaksi simbol adalah dinamika-dinamika
interaksi tatap muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep diri
individu dan pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosiasi mengenai
norma-norm bersama dan peran-peran individu, serta prose lain yang mencakup
individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil.
I.
MEAD
DAN PERKEMBANGAN INTERAKSIONISME SIMBOL
Mead pada awalnya mewakili filsafat
pragmatism yaitu menekankan hubungan yang erat antara pengetahuan dan tindakan
mengatasi masalah (problem solving
action). Sumbangan Mead dalam teori ini dalam psikologi sosial mencerminkan
latar belakang filosofis yang lebih luas.
1.
Riwayat
hidup Mead
George
Herbert Mead lahir di south Hadley, massacussetts, Amerika pada 27 febuari
1863, anak dari seorang pendeta. Ayahnya bernama Hiram Mead, sedangkan ibunya
bernama Elizabert Storrt Mead adalah seorang yang berkependidikan yang mengajar
di obelin college selama dua tahun, kemudian menjadi presiden di mount holkoye
college selama 10 tahun. Ketika berumun 10 tahun, George H. mead masuk
fakultas teologi di Oberlin di ohio, dan selesai pada tahun 1883. Ketika
menjadi mahasiswa di sini dia berteman dengan henry castel, seorang yang
berasal dari keluarga kaya dan berpendidikan baik. Mereka sesing berdiskusi
tentang filsafat dan agama sehingga semakin kritis dan mereka banyak
mengembangkan tentang sastra, puisi dan sejarah.
Setelah
ia lulus pada umur 20 tahun dan ia mengajar di sebuahsekolah. Namun hanya
sebentar karena mendapat penolakann oleh muridnya yang sering gaduh dan tidak
serius dalam belajar, kemudian ia bekarja sebagai pekerja survei yang menyusun
batas jalan sepanjang 1100 mil dari Minnesota sampai Saskatchewan. Selama
tahun-tahun itu mead mendapat pengalaman tentang teknik sipil dan mendapatkan
apresiasi dari kekuatan dan kemanfaatan praktis atas metode ilmiah. Mead
masuk ke universitas Harvart, tempat ia menghabiskan waktu setahun untuk
mengkaji filsafat dan psikologi bersama dengan bahasa latin, yunani dan subyek
lain. Pada waktu itu ia tertarik pada romantic dan idealistis. Kemudian 3 tahun
ia pergi ke jerman ia mempelajari pandangan atau filosofi idealis jermania
semakin menunjukan keterkaitannya pada psikologi ketimbang filsafat. Pada tahun
1891 ia kembali ke AS mengajar di universitas Michigan ia mengajar selama
3 tahun. Di tahun 1894 ia bergabung dengan departemen filosofi di unifersitas
Chicago dan tetap disana hingga meninggal di tahun 1931.
2.
Pegaruh
Intelektual terhadap Mead
Mead sangat dipengaruhi
oleh teori Darwin, tapi menurut Graham Sumner Mead bukanlah Darwinis sosial
karena tidak mengajarkan pendekatan laissez-faire.
Penjelasan Mead tentang pikiran atau kesadaran manusia (mind or human consciousness) sejalan dengan evolusi Darwin yang
didalamnya terdapar prosedur trial and
error yang bersifat subhuman. Padahal Mead menekankan pada fungsi praktis
dan adaptif dari akal budi manusia sejalan dengan filsafat pragmatis. Tekanan
Mead pada kemajuan juga mencerminkan pengaruh Hegel yaitu dialektis dan ahli
filsafat idealistis Jerman lainnya. Analisa dialek tersebut antara flesh and
blood sangat kuat pada proses dimana bentuk-bentuk yang lama digantikan bentuk
yang baru.
3.
Komunikasi
dan munculnya pikiran
Perspektif Mead dalam behaviorisme
merupakan perluasan dari behaviorisme Watson. Watson dalam contohnya bahwa
pengalaman subyektif individu dapat dijelaskan sebagai suatu kesadaran akan
proses-proses psikologis. Misalnya ketika seseorang mengalami ketakutan
jantungnya akan berdetak kencang, begitupula dalam berpikir yang akan memiliki
getaran-getaran yang dirangsang dari suara bawah sadar. Mead mengakui
pentingnya kesadaran subyektif atau proses-proses mental ang tidak langsung
tunduk pada pengukuran empiris yang subyektif posisi Mead adalah bahwa persepsi
tentang dunia luar, proses-proses fisiologis, dan kesadaran subyektif, semua
sangat saling tergantung. Pikiran merupakan suatu proses, sehingga dengan prose
situ invidu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Komunikasi terbuka (overt)
dan berpikir yang tidak dapat dilihat (covert thinking) adalah seperti dua sisi
mata uang yang sama.
a.
Isyarat
versus simbol dalam proses komunikasi
Dinamika proses kominikasi dapat
digambarkan dengan “percakapan isyarat” (gestural conversation) baik yang
dilakukan manusia ataupun binatang. Ketika binatang (anjing) hendak melakukan
perkelahian pasti akan memberikan isyarat dari kemarahannya berupa geraman,
gretakan gigi, ataupun posisi untuk melawan. Sedangkan manusia misalkan geng
dalam pertengkaran yang menunjukkan amarahnya dengan kepalan tinju, merogoh
saku mengambil pisau, atau yang lain. Namun manusia diberikan karakteristik
istimewa dari simbolnya yaitu bahwa mereka tidak terbatas padaisyarat-isyarat
fisik karena bisa menunjukkan simbolnya melalui kata-kata. Manusia dapat
berkomunikasi tentang obyek dan tindakan jauh diluar batas waktu dan ruang.
Sedangkan binatang tidak bisa. Singkatnya, kemampuan manusia untuk menggunakan
simbol suara yang dianut bersama, memungkinkan perluasan dan penyempurnaan
komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik saja, namun
merupakan satu dunia simbol yang dikonstruksikan.
b.
Proses
berpikir
Hubungan antara komunikasi dengan kesadaran
subyektif begitu dekat, sehingga proses berpikir subyektif atau refleksi dapat
dilihat dari sisi yang tidak kelihatan dari komunikasi itu. Misalkan seseorang yang
berbicara namun tanpa adanya yang nantinya akan menimnulkan penyesalan. Mead
menekankan bahwa proses berpikir itu dimulai atau dirangsang oleh munculnya
suatu masalah, atau hambatan yang menhalangi tindakan-tindakan individu untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuannya. Pikiran atau kesadaran muncul dari proses
penggunaan simbol yang tidak telihat, khusunya simbol bahasa yakni berkaitan
dengan intelgensi manusia yang mencakup kesadaran tentang diri. Fase
interpretative antara persepsi tentang rangsangan itu danrespons perilaku yang
mencerminkankebutuhan-kebutuhan tertentu dari individu serta rencana-rencana
tindakannya yang bersifat laten.
4.
Konsep
Diri dan Organisasi Sosial
Sesunggguhnya konsep diri seseoorang
mungkin merupakan obyek dari refleksi yang sadar tentang diri lebih daripada
satu obyek apa saja dilingkungan eksternal, termasuk orang lain. Individu
secara bertahap dia memperoleh suatu konsep diri dalam interaksinya dengan
orang lain sebagai bagian dari proses yang sama dengan pikiran itu sendiri.
Konsep diri itu pada dasarnya terdiri dari jawaban atas pertanyaan “Siapa
Aku?”. Mead mengemukakan keterlibatannya
khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam
suatu komunitas yang terorganisasi.
a.
“I”
dan “Me” sebagai Dua Dimensi Konsep Diri
Diri sebagai obyek ditunjukkan Mead
dengan konsep “Me”, Diri sebagai subyek yang bertindak ditunjukkan dengan
konsep “I”. Hubungan antara “I” dan “Me” itu bersifat saling tergantung secara
dinamis untuk sebagian besar, tindakan-tindakan yang nyata dari individu akan
mengungkapkan “Me”-nya. Secara laten individu menilai stuasi lingkungan menurut
sikap-sikap yang dimiliki bersama atau respon-respon bersama dalam kelompok itu
secara potensial. Sekalipun perilaku nyata dari “I” itu sangat dipengaruhi oleh
definisi-definisi orang lain yang
tersenyawa dalam “Me” , “I” itu tidak seluruhnya ditentukan oleh “Me”. Analisa
Mead tentang “I” memberikan suatu peluang yang besar untuk kebebasan dan
spontanitas. Segi perilaku yang spontan dan tidak terencan itu menjadi sumber
utama untuk inovasi dan perubahan dalam sikap-sikap anggota kelompok atau
komunitas.
b.
Tahap-tahap
dalam Perkembangan Konsep-diri
Mead menekankan
tahap-tahap yang dilewati anak-anak, karena secara bertahap mereka memperoleh
suatu konsep-diri yang menghubungkan mereka dengan kehidupan sosial yang sedang
berlangsung dalam keluarga mereka dan kelompok-kelompok lain, dan akhirnya
dalam komunitas itu secara keseluruhan.
Mead membedakan 3 fase
dalam perkembangan konsep-diri. Fase pertama yaitu bermain, dimana si indivdu itu “memainkan” peran sosila dari
seseorang yang lain. Pada tahap ini anak-anak mampu berorganisasi sosial hanya
dalam batas tertentu saja. Yang kedua tahap pertandingan(game),
tahap ini dapat dibedakan dari tahap bermain dengan adanya suatu tingkat
organisasi sosial yang lebih tinggi. Konsep diri setiap peserta dalam
pertandingan terdiri dari kesadaran subyektif individu terhadap peranan khusus,
termasuk persepsi-persepsi mengenai harapan dan respons dari yang lain. Tahap
ketiga yaitu perkembangan diri, apabila individu mengontrol perilakunya
sendiri menurut peran-peran umum yang bersifat impersonal, maka mereka
mengambil peran dari apa yang disebutnya generalized
other. Komunitas atau kelompok sosial yang terorganisasi yang memberikan
kepada individu itu kesatuan dirinya
boleh disebut the generalized other. Sikap
generalized other itu adalah sikap
komunitas itu secara keseluruha. Jadi, misalnya dalam kasus suatu keompok
sosial seperti tim sepa bola, tim itu adalah generalized other sepanjang tim itu sebagai suatu proses kegiatan
sosial yang terorganisasi masuk kedalam pengalaman setiap orang anggota tim
secara individual.
Mead mengemukakan,
orang mungkin mampu menimgkatkan dan memperbesar konsep dirinya dengan
memasukkan kedalamnya identitas kolektif kelompok itu.
c.
Mengambil
Peran Orang Lain sebagai Dasar Organisasi Sosial
Organisasi sosial
memperlihatkan intelegensi manusia dan pilihannya. Dengan munculnya intelegensi
(atau kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan simbol-simbol),
individu-individu dalam melampaui (transcend)
banyak batas yang muncul dari sifat biologisnya atau lingkungan fisik. Dalam
kasus ekonomi, partisipasi pembeli dan penjual dalam pasar mengandaikan bahwa
masing-masing dapat mengambil peran orang lain. Dalam menawarkan barang-barang
jualan, si penjual menempatkan dirinya dalam perspektif pembeli yang potensial.
Begitupun institusi agama yang mempunyai ide sehingga bisa mempengaruhi melalui
respons yang diberikan orang lain.
II.
PARA
PERINTIS LAINNYA DALAM PSIKOSOSIAL
1.
Cooley:
“Looking-Glass” dan Kelompok Primer
Cooley lahir di Ann
Arbor, Michigan, tahun 1864 dan kuliah di Universitas Michigan. Ayahnya seorang
pengacra yang ambisius dan terpandang yang pada tahun itu juga menjbata sebagai
hakim di Pengadilan Tinggi Michigan. Colley tamat kuliah tahun 1887 dan bekerja
di Commerce Commision dan di Cencus Bureau, tetapi lalu tertarik di kehidupan akademis karena kegemarannya
untuk mebaca, menulis dan merenung. Dia meninggal tahun 1929.
Judul buku yang
terkenal dari Cooley adalah Human Nature
and Social Order. Dalam buku tersebut berisi bahwa individu dan masyarakat
saling berhubungan secara organis, tidak dapat dimengerti satu sama lain, gaya
hidup, warisan biologis, dan sejumlah respons dasar dalam perkembangan kepribadian
individu. Bagi Cooley yang terpenting adalah bagaimana orang menangkap apa yang
dipikirkan orang tentang dia. Cooley menunjuk aspek konsep-diri dengan istilah looking-glass self bahwa setiap hubungan
sosial dimana seseorang itu terlibat merupakan cerminan diri yang disatukan
dalam identitas orang itu sendiri. Berikut ini gambaran Cooley tentang looking-glass self.
Each
to each a looking-glass
Reflects
the other that doth pass
Ketika
kita melihat wajah, bentuk, pakaian kita di depan cermin, dan meras tertarik
karena semuanya itu milik kita.. begitu pula dengan imajinasi, kita menerima
dalam pikiran orang lain suatu pikiran tentang penampilan, cara, tujuan,
perbuatan, karakter, dan seterusnya, dan dengan berbagi cara yang dipengaruhi
olehnya.
Suatu
ide diri semacam ini nampaknya memiliki tiga elemen yang penting: imajinasi
tentang penampilan kita kepada orang lain; imajinasi tentang penilaian mengenai
penampilan itu, dan suatu jenis perasaan diri, seperti kebangaan atau malu.
Cooley
mengemukakan bahwa dir atau kelompok atau “we” hanyalahsuatu “I” yang mencakup
orang lain. Seseorang mengidenfikasikan dirinya dengan suatu kelompok dan
berbicara tentang kemauan bersama, pandangan, pelayanan, atau yang lain-lainnya
menurut “we” dan “us”.
Cooley
melihat kelompok primer sebagai “wadah terbentuknya watak manusia” (nursery of
human nature) dimana setiap individu memulai khidupan yang actual dalam
lingkungan sosial yang pertama sekali dan paling pokok (primitive) dan satu-satunya tipe yang dapat ditemukan dimana-mana.
Kelompok primer disebut primer dalam pengertian bahwa kelompok itu memberikan
kepada individu pengalaman tentang kesatuan sosial yang paling awal dan
lengkap, dan juga dalam pengertian bahwa kelompok itu tidak mengalami perubahan
dalam derajat yang sama seperti pada hubungan-hubungan yang lebih luas, tetapi
merupakan suatu sumber yang termasuk permanen dari mana struktur sosial itu
muncul. Kelompok atau hubungan sekunder lebih impersonal sifatnya, yang
mencerminkan tingkat keakraban antarpribadi yang jauh lebih rendah.
Tekanan
pada sifat subyektif, menurut Cooley tercermin dalam definisi mengenai
institusi sosial. Suatu institusi hanyalah suatu tahap dari pikiran orang
banyak (public mind) yang bersifat mapan dan tegas, dia tidakberbeda dalam
sifat dan pokonya dari pandangan umum, meskipun yang sering kelihatan adalah
bahwa dia memiliki suatu eksistensi tertentu bersifat indipenden, apabila kita
melihat sifat permanennya dan apabila kita melihat kebiasaan-kebiasaan serta
simbol-simbol dimana institusi itu terselubung.
Tekanan
Cooley pada umunya adalah padapandangan bahwa masyarakat )struktur, institusi,
pola normatifnya, dll) ada dalam pikiran dan perasaan individu. Cooley
mengemukakan pandangan umum adalah suatu organisasi, suatu produk komunikasi
yang bersifat kooperatif dan saling memperngaruhi. Mungkin pandangan umum itu
berbeda dari jumlah apa yang dapat dipikirkan individu secara terpisah, seperti
sebuah kapal yang dibangun oleh seratus orang berbeda dari seratus kapal yang
masing-masingnya dibangun oleh satu orang.
2.
Thomas
dan Definisi Situasi
William I. Thomas lahir
tahun 1863 di desa Virginia. Ayahnya seorang petani dan pengkhotbah dalam
gereja Methodis. Kemudian keluraganya
pindah di Tennessee dan kuliah di universitas Tennessee. Setelah tamat
diamengajar bahasa di almamaternya selama5 tahun. Dia pindah ke Jerman mengajar
sekaligus pendidikannya di Oberlin College. Di Chicago William bertemu Mead dan
Dewey. Sebagian besar karurnya itu adalah mengajar sosiologi di Universutas Chicago.
Pada usia 55 tahun William di tangkap FBI karena melanggar Mann Act yaitu
dengan membawa nyonya-nyonya muda yang melintasi baras Negara untuk tujuan
immoral. Setelah bebas ia pindah ke New York. Tahun 1926 menjabat presiden
American Sociological Association. Dia meninggal dunia tahun 1947, pada usia 48
tahun.
Karya Thomas dibuat
bersama Florian Znaniecki adalah The
Polish Peasant in Europe and America. Sumbangan Thomas yang penting dalam
teori terhadap perkembangan interaksionisme simbol adalah tekanannya pada
pentingnya definisi situasi seseorang yang bersifat subyektif dan prinsip dasar
yang kadang-kadang dikenal sebagai “Theorem Thomas, yakni “kalau orang
mendefiniskan situasi sebagai real, maka akan real pula dalam konsekuensinya”.
Thomas berusaha untuk mengidentifikasi factor-faktor biologis dan psikologis
yang dibawa sejak lahir, yang menjelaskan perilaku manusia. The Polish peasant:
(1) keinginan akan pengalaman baru, (2) keinginan akan penghargaan, (3)
keinginan akan oenguasaan, (4) keinginan akan kemanan.
Thomas mengatakan,
“mengawali setiap tindakan perilaku yang ditentukan sendiri, selalu ada satu
tahap pengujian dan pertimbangan yang dapat kita sebut definisi situasi. Selalu
ada kemungkinan untuk ketegangan dan konflik anatara definisi situasi yang
diterima dalam masyarakat dan definisi individun yang bersifat spontan. Analisa
situasi Thomas dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang mempunyai
sikap yang berbeda atau orang yang dapat sosialisasi dalam lingkungan budaya
atau subkultur yang berlainan tidak memberikan respons terhadap stimulus yang
sama dengan car yang sama. Perbedaan-perbedaan dalam respons terhadap suatu
situasi tertentu merupakan hasil dari suatu perbedaan dalam definisi subyektif.
III.
INTERAKSIONISME
SIMBOL MASA KINI
Saat ini
interaksionisme simbol merupakan satu dari teori-teori yang dikenal dengan
memusatkan perhatiannya padaproses-proses sosial ditingkat mikro, termasuk
kesadaran subyektif dan dinamika interaksi pribadi. Manford H.Kuhn menunjuk
pada beberapa perspektif teoritis yang terbatas atau yang parsial, di mana
interaksionisme simbol merupakan semacam payung. Perspektif-perspektif teoritis
itu adalah teori peran , teori kelompok referens, perspektif persepsi sosial
dan persepsi pribadi, teori diri, dan teori dramturgi. Salah satu tujuan Kuhn
yang utama adalah mengembangkan strategi untuk pengukuran empiris yang bersifat
obyektif mengenai konsep-konsep utama dalam interaksionisme simbol. Karyanya
sendiri dipusatkan pada pengukuran dan anlisa konsep-diri. Karya Kuhn (Twenty Statements Test) memperlihatkan
bagaimana respons-respons terhadap pertanyaan ini dapat dianalisa dan
dikorelasikan dengan pelbagai variabel sosiologisnya.
Kuhn dikecam Blumer
karena mengesampingkan atau mengubah sifat munculnya kenyataan sosial itu.
Mereka mempertahankan bahwa konsep-diri itu muncul dalam proses aksi dan
interaksi. Institusi sosial atau sistem sosial muncul melalui proses
interpretasi subyektif dan komunikasi antarpribadi. Blumer, murid Mead itu,
berpegang dan mengembangkan tekanan Mead yang fundamental pada proses interaksi
yang terus-menerus. Bagi interaksionisme simbol, organisasi sosial tidak
menentukan pola-pola interaksi; organisasi sosial muncul dari proses interaksi.
Blumer myatakan bahwa
orang tidak bertindak terhadap kebudayaan, struktur sosial atau semacamnya;
mereka bertindak terhadap situasi. Organisasi sosial masuk dalam tindakan hanya
dalam hal dimana dia membentuk situasi dimana orang itu bertindak. Dan lagi
organisasi sosial adalah suatu kerangka didalam mana satuan-satuan yang
bertindak itu mengembangkan tindakan-tindakannya. Segi-segi struktural
‘kebudayaan’, sistem-sistem sosial, stratifikasi sosial, atau peran-peran
sosial, membentuk kondisi-kondisi bagi tindakan mereka, tetapi tidak menentukan
tindakan mereka.
1.
Konsep-Diri:
Model Identitas-Peran Menurut McCall dan Simmons
Identitas-peran terdiri
dari gambaran diri yang bersifat ideal yang dimiliki oleh individu sebagai
orang yang menduduki pelbagai posisi sosial. Identitas-peran diungkapkan secara
terbuka dalam pelaksanaan peran (role
performance), dan tingkat dukungan sosial atau kurang didukung yang
diterima dari orang lain akan diterima dari orang lain akan membantu menentukan
pentingnya suatu identitas-peran tertentu dalam konsep-diri seseorang secara
keseluruhannya.
Dalam model McCall dan
Simmons, pentingnya identitas tertentu secara relative juga dipengaruhi oleh
tingkat komitmen individu dan investasinya dalam identitas itu, dan oleh
tingkat kepuasan yang diperoleh dalam melaksanakan perannya itu.
Konsep-diri yang
diidealkan tidak perlu selalu harus merupakan sesuatu yang bersifat positif
atau memuaskan hati. Setiap tindakan yang ditampilkan dalam hal
tertrntumerupakan ungkpan dari konsep-diri, dan setiap reaksi orang lain memiliki
potensi untuk memperkuat atau merusakkan konsep-diri, untuk meningkatkannya
atau menjatuhkannya. McCall dan Simmons menunjukkan bahwa berlawanan dengan
hierarki pentingnya identitas-peran, yang secara relative bersifat stabil,
menonjolnya pelbagai identitas-peran ini akan bermacam-macam sesuai dengan tipe
situasi dimana individu-individ terlibat.
2.
Perspektif
Interaksionisme Simbol mengenai Penyimpangan
Pentingya reaksi sosial terhadap
konsep-diri seseorang dapat kita lihat dalam studi-studi mengenai penyimpangan.
Tekanan pada negosiasi mengenai arti situasi dan perilaku serta respons
individu terhadap satu sama lain menurut definisi hasil negosiasinya itu.
Penyimpangan tidak hanya sekadar suatu manifestasi suatu cirri pembawaan sejak
lahir atau cacat kepribadian. Pola-pola normative bersama atau harapan-harapan
orang lain mungkin tidak konsisten dengan dorongan hati atau kepentingan kita.
Perilaku menyimpang menjadi sifat pokok dalam interaksi dan akhirnya merupakan
elemen utama dalam identitas-diri si penyimpang itu.
Teori cap (labeling theory) dimana masyarakat itu sendiri menciptakan orang
yang menyimpang dengan membuat peraturan-perturan yang pelanggarannya
menimbulkan penyimpangan dan dengan memperlakukan secara khusus beberapa dari
mereka yang bersalah dalam pelanggaran seperti itu. Kriteria yang digunakan
untuk membedakan penyimpangan yang dianggap sepele dan yang diberi perlakuan
khusus yaitu kekacauan sosial atau bahaya perorangan yang merupakan akibat dari
suatu tipe penyimpangan tertentu. Pelanggar-pelanggar
hukum yang berada pada jenjang hirarki yang paling bawah, cenderung untuk
dipisahkan dan diperlakukan sebagai pelanggar hukum daripada mereka yang berada
pada jenjang sosial-ekonomi yang lebih tinggi.
IV.
GOFFMAN
DAN PENDEKATAN DRAMARTURGI TERHADAP DINAMIKA INTERAKSI
Pendekatan Goffman
mencerminkan wawasan yang dulu dikemukakan oleh Shakespeare bahwa didunia itu
merupakan suatu panggung dan manusia hanyalah sekadar pemain-pemain saja diatas
panggung ini; masing-masing masuk ke dalam panggung, memainkan suatu peran
tertentu atau membawakan lakon dan akhirnya keluar. Karya Goffman The Presentation of Self in Everyday Life pendekatan
dasar dengan menggunakan bahasa teater dalam mengalisa pelbagai strategi yang
digunakan individu dalam usahanya untuk memperoleh kepercayaan sosial terhdaap
konsep-dirinya. Peristiwa sosial memiliki sifat dramarturgi, karena semua
bentuk perilaku mempunyai implikasi yang potensial untuk konsep-diri si pelakon
yang terlibat dalamnya. Usaha yang berhubungan dengan pengaturan kesan mungkin
dilihat sebagai usaha untuk mengontrol definisi situasi yang umum karena
identitas individu sangat erat hubungannya dengan definisi sosial tentang
situasi dimana mereka terlibat.
Analisa dramaturgi
Goffman yang menarik perhatian adalah pengakuannya akan banyaknya cara dimana
orang bekerja sama dalam melindungi pelbagai tuntutan satu sama lain
berhubungan dengan kenyataan sosial yang sedang mereka usahakan untuk
dipentaskan atau identitas yang mereka coba tampilkan.
Dengan cara yang tak
terbilang jumlahnya, orang terus terancam kemungkinan hilang muka dalam
hubungan sosialnya. Tetapi mungkin karena tidak ada orang yang kebal terhadap
ancaman akan penampilan yang kacau itu, orang sering bekerja sama dalam
membantu mendukung identitasnya satu sama lain dan mempertahankan kesan-kesan
yang sedang ditampilkan orang lain.
1.
Tim
dan Audiensnya
Suatu tim dramaturgi
adalah suatu kelompok orang-orang yang bekerja sama untuk mementaskan suatu
penampilan tertentu. Audiens diharapkan untuk menerima definisi tentang
kenyataan, termasuk identitas mereka yang terlihat, yang diperankan oleh tim
itu. Namun anggota tim akan sedikit banyak sadar bahwa anggota audiens tidak
memiliki sifat kenyataan yang direncanakan atau yang dipentaskan diatas panggung
itu. Misalnya, seorang professor mungkin mencoba terlebih dahulu suatu teknik
kelas yang baru didepan rekan-rekan sejawatnya dan meinta tanggapan mereka
sebelum membawakannya didepan audiens mahasiswa.
Goffman membedakan
antara bagian “pentas-depan” (frontstage)
dan “pentas belakang” (backstage). Pentas-depan
adalah bagian atau tempat dimana saja audiens iru diharapkan ada, sedangkan
pentas-belakang merupakan tempat yang terlarang bagi audiens atau orang luar
lainnya. Gaya nalisa Goffman menunjukkan lemahnya pembedaan antara penampilan (appearance) dan kenyataan (reality), dengan menerima secara
eksplisit akan pandangan, bahwa kenyataan itu bagaimanapun juga merupakan
konstruksi sosial.
Para anggota suatu tim
sering tidak mampu mempertahankan definisi situasi yang dapat diterima oleh
audiens dan melakonkan pentasnya dengan baik, meskipun mereka berinteraksi
untuk sesuatu berlainan.
2.
Kesulitan
Interaksi yang Dihadapi Orang Cacat
Suatu masalah sosial utamayang dihadapi
orang cacat dalah bahwamereka itu abnormal dalam tingkat yang sedemikian
jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak untuk berinteraksi dengan mereka
ata tidak mapu berinteraksi dengan mereka sedemikian rupa sehingga cacat itu
sendiri tidak menjadi pokok penting dakam interaksi itu. Rintangan yang nampak
secara fisik merupakan sumber noda atau cacat (stigma). Stigma adalah sifat apa saja yang sangat jelas dan
diandaikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian individu sehingga
individu itu tidak mampu untuk bertindak menurut cara yang biasa. Jadi masalah
utama dan mungkin yang paling penting bagi orang cacat adalah mengatasi asumsi
negative yang diberikan orang lain dengan memperlihatkan.
3.
Konteks
Interaksi
Goffman menunjuk pada pemahaman bersama (shared understanding) sebagai kerangka (frame) dimana peristiwa-peristiwa
sosial itu terjadi. Individu-individu yang terlibat dalam suatu usaha bersama,
mungkin berbeda dalam pemahaman mereka mengenai apa yang terjadi. Pelbagai
peran sosial yang diterima secara umum ini dimengerti dan internalisasikan oleh
individu sebagai suatu bagian yang penting dati konsep-diri yang mereka
usahakan untuk memproyeksikannya pada orang lain.
contoh simbol sebagai media interaksi:
simbol diatas menunjukkan bahwa arti sebuah kedamaian, tanpa harus disertai konflik untuk dapat hidup harmonis dalam masyarakat
Sumber Buku: Teori Sosiologi
Sumber Gambar : Google Image
Tidak ada komentar:
Posting Komentar